Blogger news

Rabu, 10 September 2014

4: Angka Sakti yang Ditakuti

Tetraphobia

Dalam dunia persilatan, kesaktian yang dimiliki seseorang terkadang direspons dengan ketakutan dari para lawannya. Mereka lebih baik tidak berurusan dengan orang yang dianggap sakti karena nyawa bisa menjadi taruhannya.

Beberapa bangsa yang dikenal berasal dari "ras kuning" seperti Tiongkok, Korea, Jepang, dan Taiwan punya ketakutan atau fobia terhadap angka 4. Ketakutan atau fobia terhadap angka 4 dikenal dengan istilah TETRAPHOBIA. Menurut wikipedia, TETRAPHOBIA didefinisikan sebagai kekhawatiran atau ketakutan terhadap angka 4. Kekhawatiran atau ketakutan ini lalu berkembang menjadi semacam takhayul yang juga diyakini oleh "ras kuning" yang tersebar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Kata bahasa Mandarin untuk empat (四, pinyin: sì, jyutping: sei3), terdengar sama dengan kata kematian (死, pinyin: sǐ, jyutping: sei2), dalam banyak bentuk bahasa Tionghoa. Juga, kata Tionghoa-Jepang dan Tionghoa-Korea untuk empat, shi (bahasa Jepang) dan sa (사, bahasa Korea), terdengar sama dengan kematian di setiap bahasa (lihat angka Korea dan angka Jepang).

Perlakuan khusus bisa diambil untuk menghindari kemunculan angka 4 pada hari-hari libur, atau ketika seorang anggota keluarga sakit, khususnya dalam budaya Cina. Selain itu, 14, 24, dan lainnya juga dihindari karena kemunculan angka 4 di nomor-nomor tersebut. Di negara-negara ini, nomor lantai tersebut sering dilompati, mulai dari hotel, perkantoran, apartemen, dan rumah sakit. Nomor meja 4, 14, 24, dan lainnya juga dicabut pada pesta pernikahan atau pertemuan sosial lainnya di negara-negara ini. Di banyak komplek penghunian, blok gedung 4, 14, 24 dan lainnya biasa diganti dengan 3A, 13A, dn 23A.

Di Hong Kong, beberapa apartemen seperti Vision City[2] dan The Arch[3] melompati semua lantai dari 40 hingga 49. Di atas 39/F ada 50/F, sehingga orang-orang yang tidak takut tetrafobia tahu bahwa sejumlah lantai hilang.

Bangsa Cina juga memperlihatkan hal ini dengan lambang pesawat militer dimulai dengan angka 5, sebagaimana pada pesawat "Shenyang J-5". Angkatan Laut Republik Tiongkok (Taiwan) dan Korea Selatan juga tidak menggunakan angka 4 ketika memasang angka bendera di kapal-kapalnya.

Di kota-kota dimana budaya Asia Timur dan Barat bercampur, seperti Hong Kong dan Singapura, sangat mungkin di sejumlah bangunan bahwa angka 13 dan 14 dilompati sebagaimana nomor-nomor yang berisi angka 4.

Di Korea, tetrafobia tidak terlalu ekstrem, tapi lantai 4 selalu dilompati di rumah sakit dan bangunan-bangunan umum. Di gedung lainnya, lantai ke-4 kadang-kadang ditandai "F" (Four), bukan "4" pada lift-nya. Nomor apartemen yang berisi kemunculan angka 4 ganda (seperti 404) diharapkan dihindari karena nilai properti bisa berubah.

Bagaimana dengan di Indonesia? Sama saja alias masih banyak orang mengakui "kesaktian" dari angka 4 ini. Jika Anda cukup jeli memperhatikan, ada hotel tertentu menghindari angka 4 untuk kamar hotelnya, begitu pula untuk lantai. Ada yang memilih melakukan "skip" sehingga dari lantai 3 berlanjut ke lantai 5, tetapi ada yang memilih menggunakan nama "lantai 3A".

Bagaimana dengan Anda? Apakah angka 4 cukup sakti untuk Anda takuti juga atau menganggapnya biasa saja seperti angka-angka lainnya?

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews